ANALISIS KADAR
VITAMIN C SECARA IODIMETRI SERTA MANFAATNYA BAGI TUBUH
A.
PENDAHULUAN
Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang
dapat ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C berwarna putih,
berbentuk kristal senyawa organik, dan dapat disintesis dari glukosa atau
diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama
kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928 (Rahmawati,
2012).
Vitamin C dikenal sebagai penangkal radikal bebas
dalam fasa cair sel dalam sistem peredaran darah. Vitamin C bertindak ampuh
mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C
bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik
dalam area lipid membran dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat
memulihkan kadar zat besi dalam tubuh (Thuppil, 2013).
Titrasi iodimetri adalah salah satu metode titrasi
yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Iodimetri merupakan titrasi
terhadap zat-zat reduktor yang dilakukan secara langsung. Titrasi iodimetri ini
dapat dilakukan untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung,
seperti kadar yang terdapat dalam serbuk vitamin C. Dalam bidang farmasi metode
ini dapat juga digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung
oksidator lainnya, misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya.
Dengan mengetahui kadar suatu zat, berarti dapat diketahui pula mutu dan
kualitasnya (Sugiarti, 2008).
Mengonsumsi vitamin C yang berkualitas memiliki
banyak manfaat bagi tubuh, salah satunya sebagai antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas dan detoksifikasi obat dalam hati. Untuk
menentukan suatu kadar yang berkualitas
dalam vitamin C, maka dapat digunakan metode iodimetri.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas
mengenai analisis kadar vitamin C dengan metode iodimetri, serta manfaatnya
bagi tubuh.
B.
PEMBAHASAN
1.
Analisis Kadar Vitamin C Secara Iodimetri
Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks.
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran
dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk
mendeteksi titik akhir, meskipun demikian, penggunaan indikator yang dapat
merubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan.
Penentuan jumlah Vitamin C dapat dilakukan dengan metode
titrasi iodimetri bipotentiometrik. Metode ini menghasilkan asam askorbat yang efisien
dengan harga yang relatif rendah dengan murah peralatan. Sedangkan jika
analisis menggunakan metode spektrofotometri, Vitamin C yang dihasilkan kurang layak,
karena lebih mahal dan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan iodimetri
dengan perbedaan yang signifikan dalam akurasinya.
Prinsip dasar dari metode titrasi iodimetri ini
adalah penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan kromium yang merupakan
oksidator, kemudian ion kromium inilah
yang mengoksidasi ion iodida menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi
dengan natrium tiosulfat. Iod mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam titrasi iodimetri
ini antara lain vitamin C, larutan iodium, KI, larutan pati, dan air. Sedangkan
alat yang dapat digunakan antara lain Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia,
petridish, piprt ukur, batang pengaduk, timbangan analitik, buret, corong,
pipet volum, statif dan klem, pemanas, stopwatch, dan botol semprot.
Langkah-langkah dalam titrasi iodimetri adalah (1) melarutkan vitamin C dalam
100 ml air dalam labu takar, (2) larutan tersebut dimasukkan dalam 6 erlenmeyer
masing-masing sebanyak 5 ml, (3) kemudian dipanaskan pada suhu 40° C dalam 60
menit, pemanasan dilakukan dengan suhu yang berbeda untuk setiap erlenmeyer,
(4) dilakukan titrasi dengan larutan pati sebagai indikatornya hingga terbentuk
warna biru sebagai tanda titik akhir titrasi. Metode ini dapat diulang dengan
suhu dan konsentrasi asam askorbat yang berbeda.
Metode titrasi langsung iodimetri dengan larutan
standar iodium digunakan untuk menentukan vitamin C. Metode ini sangat
efektif, sebab vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Untuk
mengurangi disipasi penguapan, iodium direaksikan dengan KI untuk membentuk Ion
tri-iodida (I3-). Standarisasi larutan iodium tidak
memerlukan air, melainkan menggunakan pati sebagai indikator. Jika dalam suatu sampel (obat) mengandung
vitamin C ditambahkan iodine, vitamin C akan teroksidasi, iodium berkurang, dan
larutan menjadi berwarna biru. Perubahan warna ini menjadi dasar terjadinya
reaksi dan menunjukkan titik akhir titrasi. Dari titrasi ini, jumlah larutan
iodium yang digunakan setara dengan konsentrasi asam askorbat disetiap 60 menit
interval sampel.
2.
Manfaat Vitamin C Bagi Tubuh
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Vitamin harus dipasok dari luar tubuh
manusia, sebab manusia tidak dapat mensintesis Vitamin sendiri. Salah satu
vitamin tersebut adalah Vitamin C. Jumlah yang tepat dari vitamin C yang tubuh diperkirakan
45 sampai 75 mg per hari.
Vitamin C diperlukan untuk mengaktifkan berbagai enzim
yang berkaitan dengan aktivitas sistem saraf, hormon, dan detoksifikasi obat
dan racun dalam hati. Kedua, perannya sebagai antioksidan. Kelarutannya memungkinkan untuk bekerja sebagai antioksidan
dalam cairan tubuh. Ketiga, vitamin C meningkatkan tingkat penyerapan zat besi,
kalsium, dan asam folat. Keempat, vitamin C dapat mengurangi reaksi alergi,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, merangsang pembentukan empedu dalam
kantong empedu, dan memfasilitasi berbagai ekskresi steroid . Vitamin C penting
dalam fungsi otak, dimana otak mengandung sejumlah besar vitamin C. Sebuah
studi yang dilakukan oleh dua peneliti di Universitas Texas Woman menemukan
bahwa siswa SMA dengan kadar Vitamin C dalam darah yang tinggi, dapat
meningkatkan IQ siswa tersebut.
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen,
yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat,
tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik
dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah
jeruk, salah satu sumber vitamin C terbesar.
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu
penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Melalui pengaruh pencahar,
vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C
juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi
Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan
makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin
C berkurang sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa
berakibat seriawan, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat
sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata
dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat
juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit
jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Kekurangan vitamin C bisa mengakibatkan penyakit
kudis, yang tanda-tandanya bisa dilihat dari terjadinya radang gusi, luka
bernanah, pembengkakan pada persendian. Bahkan kekurangan vitamin C yang parah
dapat menyebabkan kematian. Sumber vitamin C adalah buah-buahan, khususnya yang
rasanya manis, jambu, dan sayur-sayuran. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
mengonsumsi buah dan sayuran yang segar, sebab vitamin C ini mudah hilang saat
dimasak.
C.
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk menentukan kadar vitamin C dapat digunakan
titrasi iodimetri yang merupakan analisis kuantitatif dalam kimia yang melibatkan
reaksi reduksi oksidasi yang menggunakan larutan iodium sebagai zat penitrasi.
Vitamin C merupakan senyawa organik kompleks yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil, tetapi sangat memberi manfaat bagi kesehatan tubuh, utamanya sebagai
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu
Gholib dan Abdul Rohman, 2007, Kimia
Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Muhammad, Abdul
Basith, 2006, Pola Makan Rasulullah:
Makanan Sehat Berkualitas Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, Almahira,
Jakarta.
Rahmawati, Sitti
dan Bunbun Bundjali, 2012, Kinetics of the Oxidation of Vitamin C, Jurnal Indo J. Chem ISSN: 291 - 296, Universitas Tadulako.
Rajasulochana,
dkk, 2013, An Investigation on the Antioxidants, Antifungal and Antibacterial
of the Kappaphycus Alvarezii, Research
Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences Volume 4 Issue 1 ISSN:
0975-8585, India.
Sugiarti, 2008,
Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium
(VI), Jurnal Chemical Vol. 9 Nomor 2, UNM, Makassar.
Thuppil,
Venkatesh, 2013, Treating Lead Toxicity: Possibilities beyond Synthetic
Chelation, Journal of Krishna Institute
of Medical Sciences University Vol.
2, No. 1 ISSN 2231-4261,
India.