Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Search

Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2011

artikel adat istiadat suku-suku di sulawesi tenggara

ADAT ISTIADAT SUKU-SUKU DI SULAWESI TENGGARA

1.     BUTON

*      PAKANDE-KANDEA

Pakande-kandea adalah suatu event tradisional yang merupakan warisan leluhur Suku Buton yang lahir dan bermula sebagai nazar/syukuran. Dalam tradisi unik ini, disajikan beraneka panganan kecil tradisional yang diletakkan di atas sebuah talam besar yang terbuat dari kuningan dan ditutup dengan tudung saji bosara. Puncak dari event ini, ketika semua tamu yang diundang mengawali acara makan bersam dengan disuapi panganan oleh remaja-remaja putrid yang berpakaian adat dan duduk bersimpuh di sebelah talam.
Seringkali, event ini merupakan ajang promosi remaja-remaja putri untuk mendapatkan jodoh. Selain itu, event ini merupakan arena kebersamaan rakyat untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam hukum adat dan membina hubungan silahturahmi yang penuh keakraban. Tradisi ini merupakan permainan rakyat yang diatur dengan adat serta tata krama dan sopan santun tertentu yang hingga saat ini masih hidup dalam kehidupan masyarakat Suku Buton.

*      POSUO

Tradisi Posuo merupakan salah satu tradisi dari Sulawesi Tenggara tepatnya di daerah Buton. Yang dimaksud Buton secara umum adalah wilayah Sulawesi Tenggara meliputi Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Buton Utara. Tradisi Posuo yang berkembang di Sulawesi Tenggara (Buton) sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Buton. Upacara Posuo diadakan sebagai sarana untuk peralihan status seorang gadis dari remaja (labuabua) menjadi dewasa (kalambe), serta untuk mempersiapkan mentalnya.  Upacara tersebut dilaksanakan selama delapan hari delapan malam dalam ruangan khusus yang oleh mayarakat setempat disebut dengan suo. Selama dikurung di suo, para peserta dijauhkan dari pengaruh dunia luar, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Para peserta hanya boleh berhubungan dengan bhisa (pemimpin Upacara Posuo) yang telah ditunjuk oleh pemangku adat setempat. Para bhisa akan membimbing dan memberi petuah berupa pesan moral, spiritual, dan pengetahun membina keluarga yang baik kepada para peserta.Dalam perkembangan masyarakat Buton, ada 3 jenis Posuo yang mereka kenal dan sampai saat ini upacara tersebut masih berkembang. Pertama, Posuo Wolio, merupakan tradisi Posuo awal yang berkembang dalam masyarakat Buton. Kedua, Posuo Johoro yang berasal dari Johor-Melayu (Malaysia) dan ketiga, Posuo Arabu yang berkembang setelah Islam masuk ke Buton. Posuo Arabu merupakan hasil modifikasi nilai-nilai Posuo Wolio dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Posuo ini diadaptasi oleh Syekh Haji Abdul Ghaniyyu, seorang ulama besar Buton yang hidup pada pertengahan abad XIX yang menjabat sebagai Kenipulu di Kesultanan Buton di bawah kepemimpinan Sultan Buton XXIX Muhammad Aydrus Qaimuddin. Tradisi Posuo Arabu inilah yang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat Buton.
Keistimewaan Upacara Posuo terletak pada prosesinya. Ada tiga tahap yang mesti dilalui oleh para peserta agar mendapat status sebagai gadis dewasa. Pertama, sesi pauncura atau pengukuhan peserta sebagai calon peserta Posuo. Pada tahap ini prosesi dilakukan oleh bhisa senior (parika). Acara tersebut dimulai dengan tunuana dupa (membakar kemenyan) kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah pembacaan doa selesai, parika melakukan panimpa (pemberkatan) kepada para peserta dengan memberikan sapuan asap kemenyan ke tubuh calon. Setelah itu, parika menyampaikan dua pesan, yaitu menjelaskan tujuan dari diadakannya upacara Posuo diiringi dengan pembacaan nama-nama para peserta upacara dan memberitahu kepada seluruh peserta dan juga keluarga bahwa selama upacara dilangsungkan, para peserta diisolasi dari dunia luar dan hanya boleh berhubungan dengan bhisa yang bertugas menemani para peserta yang sudah ditunjuk oleh pemangku adat. Kedua, sesi bhaliana yimpo. Kegiatan ini dilaksanakan setelah upacara berjalan selama lima hari. Pada tahap ini para peserta diubah posisinya. Jika sebelummnya arah kepala menghadap ke selatan dan kaki ke arah utara, pada tahap ini kepala peserta dihadapkan ke arah barat dan kaki ke arah timur. Sesi ini berlangsung sampai hari ke tujuh.
Ketiga, sesi mata kariya. Tahap ini biasanya dilakukan tepat pada malam ke delapan dengan memandikan seluruh peserta yang ikut dalam Upacara Posuo menggunakan wadah bhosu (berupa buyung yang terbuat dari tanah liat). Khusus para peserta yang siap menikah, airnya dicampur dengan bunga cempaka dan bunga kamboja. Setelah selesai mandi, seluruh peserta didandani dengan busana ajo kalembe (khusus pakaian gadis dewasa). Biasanya peresmian tersebut dipimpin oleh istri moji (pejabat Masjid Keraton Buton). Semua Upacara Posuo dimaksudkan untuk menguji kesucian (keperawanan) seorang gadis. Biasanya hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya gendang yang pecah saat ditabuh oleh para bhisa. Jika ada gendang yang pecah, menunjukkan ada di antara peserta Posuo yang sudah tidak perawan dan jika tidak ada gendang yang pecah berarti para peserta diyakini masih perawan.

*      DOLE-DOLE

        Dole-dole meruakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat buton atas lahirnya seorang anak. Menurut kepercayaan orang buton, anak yang telah didole-dole akan terhindar dari segala macam penyakit. Prosesi dole-dole sendiri adalah sang anak diletakkan di atas nyiru yang dialas dengan daun pisang yang diberi minyak kelapa. Selanjutnya anak tersebut digulingkan diatasnya seluruh badan anak tersebut berminyak. Biasanya dilakukan pada bulan rajab, syaban dan setelah Lebaran sebagai waktu yang dianggap baik.

*      PIDOAANO KURI

Piduaano kuri adalah sebuah ritual budaya yang di lakukan oleh masyarakat Wabula, Kecamatan Wabula Kabupaten Buton. Kegiatan ini merupakan kegiatan penutup dari keseluruhan rangkaian kegiatan adat dan budaya masyarakat wabula selama satu tahun.
Secara harafiah Pidoaano Kuri berarti pembacaan doa untuk keselamatan hidup, sehingga keseluruhan acara tersebut dilandasi oleh doa syukur kepada Allah atas Rahmat dan Hidayah-Nya sejak tahun lalu hingga sekarang dan permohonan doa untuk tahun yang akan datang.

2.     TOLAKI

*      KALO
“Kalo” adalah suatu benda yang berbentuk lingkaran, cara-cara mengikat yang melingkar, dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan bersama di mana para pelaku membentuk lingkaran. Kalo dapat dibuat dari rotan, emas, besi, perak, benang, kain putih, akar, daun pandan, bambu dan dari kulit kerbau. Pembuatan kalo pada dasarnya adalah dengan jalan mempertalikan atau mempertemukan kedua ujung dari bahan-bahan tersebut pada suatu simpul. Kalo meliputi osara (adat istiadat) yang berkaitan dengan adat pokok dalam pemerintahan, hubungan kekeluargaan-kemasyarakatan, aktivitas agama- kepercaya-an, pekerjaan-keahlian dan pertanian (Tarimana 1993: 20).
Dari berbagai jenis kalo, yang dikenal luas adalah yang terbuat dari rotan, kain putih dan anyaman. Lingkaran rotan adalah simbol dunia atas, kain putih adalah simbol dunia tengah dan wadah anyaman adalah simbol dunia bawah. Kadang-kadang juga ada yang mengatakan bawah lingkaran rotan itu adalah simbol matahari, bulan dan bintang-bintang; Kain putih adalah langit dan wadah anyaman adalah simbol permukaan bumi. Mereka juga mengekspresikan bahwa lingkaran rotan adalah simbol Sangia Mbu’u (Dewa Tertinggi), Sangia I Losoanooleo (Dewa di Timur) dan Sangia I Tepuliano Wanua (Dewa penguasa kehidupan di bumi), dan wadah anyaman adalah simbol Sangia I Puri Wuta (Dewa di Dasar Bumi). Kalo juga adalah simbol manusia: lingkaran rotan adalah simbol kepala manusia, kain putih adalah simbol badan dan wadah anyaman adalah simbol tangan dan kaki (angota).
Demikianlah kalo pada pola pikir dan mentalitas Tolaki menyangkut seluruh aspek kehidupan mereka. Kalo juga merupakan ekspresi konsepsi orang Tolaki mengenai unsur-unsur manusia, alam, masyarakat dan hubungan selaras antarmanusia dan antara manusia dengan unsur-unsur tersebut, termasuk dalam komunitas dan pola permukiman, organisasi kerajaan dan adat dan norma agama yang mengatur tata kehidupan mereka. Akhirnya dapat dikatakan bahwa kalo melambangkan keselarasan dalam kesatuan-persatuan antara segala hal yang bertentangan dan tampak bertentangan dalam alam tempat berhuni manusia Tolaki.

3.     MUNA

*      SELAYANG PANDANG

Aduan Kuda merupakan salah satu olahraga tradisional yang terkenal di Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kabupaten Muna dan telah menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat luas. Di kalangan masyarakat Muna, atraksi ini populer dengan sebutan pogeraha adara, yang berarti ‘adu kekuatan kuda‘. Atraksi aduan kuda memiliki nilai filosofi yang berkaitan dengan keutamaan hak dan harga diri dalam melaksanakan tanggung jawab. Masyarakat suku Muna akan berupaya sekuat tenaga dalam menjaga hak dan harga dirinya, walaupun nyawa taruhannya. Sampai sekarang, filosofi tersebut tetap menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Muna.
Atraksi adu kuda ini merupakan warisan dari kerajaan Muna di era kejayaannya. Pada awalnya, aduan kuda ditampilkan pada saat raja-raja di Kerajaan Muna kedatangan tamu penting dari luar daerah, seperti dari pulau Jawa atau dari daerah lain. Untuk menghibur para tamu tersebut, maka diadakanlah atraksi aduan kuda yang kemudian menjadi tradisi turun-temurun. Setelah kerajaan runtuh, tradisi aduan kuda tetap berkembang, bahkan saat ini menjadi salah satu tradisi unggulan masyarakat suku Muna.
Setiap tahun setidaknya tiga kali diadakan atraksi aduan kuda, yaitu pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha). Biasanya, aduan tersebut selalu ramai ditonton oleh masyarakat. Pada perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, penontonnya bisa mencapai ribuan yang datang dari berbagai daerah.

*      TRADISI KARIA

Dalam adat suku Wuna (Muna), setiap anak perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat hari empat malam atau dua hari dua malam, tergantung kesepakatan antara penyelenggara Karia dengan pomantoto. Tradisi ini bertujuan untuk membekali anak-anak perempuan dengan nilai-nilai etika, moral dan spiritual, baik statusnya sebagai seorang anak, ibu, istri maupun sebagai anggota masyarakat. Sesuai proses pingitan, diadakanlah selamatan dengan mengundang sanak keluarga, kerabat dan handai taulan. Dalam prosesi selamatan ini digelar Tari Linda yang menggambarkan tahap-tahap kehidupan seorang perempuan mulai dari melepaskan masa kanak-kanak lalu memasuki masa remaja, kemudian masa dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

4.     MORONENE



Jumat, 16 Desember 2011

contoh makalah "Pengaruh Media Tanam Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Tanaman"


Buat temen-temen yang kelas XII, mungkin dapat tugas mengenai pertumbuhan kacang hijau. berikut contoh makalah yang bisa langsung tempel di microsoft word Anda. jangan lupa, sebelum ditempel disalin dulu ya..

"Pengaruh Media Tanam Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Kacang Hijau"


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbill alamin, puji syukur keadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah, dan inayah-NYA yang tiada ternilai sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Kecepatan Perkecambahan Biji Kacang Hijau”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, tapi berkat bimbingan dari Ibu Guru sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
            Terimakasih penulis haturkan kepada Ibu Wa Haima sebagai guru mata pelajaran Biologi yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Orang tua penulis yang terus memberikan do’a restu, dukungan baik meteri maupun spiritual dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
2.      Teman-teman kelas yang telah berbagi suka maupun duka, atas kebersamaan dan persahabatan kalian sangat memberikan arti kehidupan yang merupakan anugerah terindah.
3.      Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah. Terutama kepada “google” yang telah memberikan banyak informasi dan bahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah.
4.      Seseorang yang spesial di hati yang tak henti-hentinya memberikan semangat dikala lelah.
Akhir kata penulis menyadari hasil makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kritik yang bersifat membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan wawasan penulis dan semoga makalah ini dapat berguna sebagai bacaan dan menambah ilmu pengetahuan pembaca.

                                                                                                            Kendari, Agustus 2011

                                                                                                           
                                                                                                                        Penulis


Pengaruh Berbagai Media Tanam Terhadap Kecepatan Perkecambahan Biji Kacang Hijau
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Menurut para pendapat tokoh, perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas/awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan  antara berbagai media tanam itu berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.
B.       Rumusan Masalah
 “Bagaimanakah Pengaruh Berbagai Media Tanam terhadap Kecepatan Perkecambahan Biji Kacang Hijau?”
C.      Tujuan Penelitian
 “Untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau”.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori

1.      Teori dalam Perkecambahan Biji Kacang Hijau
Dalam perkecambahan biji Kacang Hijau ini, dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Perkecambahan biji ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
·         Suhu
·         Cahaya
·         Kelembapan
·         Air
·         Nutrien
·         Oksigen
·         pH
Dalam perkecambahan biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1934) selalu mengalami proses, yaitu:
a.       Fisiologis dan genetis, yaitu serangkaian proses-proses yang merupakan kelanjutan dari metabolisme dan pertumbuhan yang telah terjadi sebelumnya; serta awal dari transkripsi genom. Proses perkecambahan biji secara fisiologis:
Penyerapan air
·         Masuknya air secara imbibisi dan osmose
·         Pelunakan kulit biji
·         Pengembangan embrio dan endosperm
·         Kulit biji pecah, radicle keluar
Pencernaan
·      Merupakan proses terjadinya pemecahan zat / senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel
·      Makanan cadangan utama pada biji : pati, herniselulosa, lemak, protein
·      Proses pencernaan dibantu oleh enzim.

Pengangkutan zat makanan
·         Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makan menuju titik-titik tumbuh pada embryonic axis, radicle dan plumulae
·         Biji belum punya jaringan pengangkut, sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya
Asimilasi
·         Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makan
·         Merupakan proses pembangunan kembali
·         Tenaga / energi berasal dari pernafasan
Pernafasan (respirasi)
·         Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (proses reduksi), dengan membebaskan sejumlah tenaga
·         Pertama kali terjadi pada embryonic axis; setelah cadangan habis, baru beralih ke endosperm / kotiledon
·         Aktivitas respirasi tertinggi adalah pada saat redicle menembus kulit biji
Pertumbuhan
·         Ada dua bentuk pertumbuhan embryonic axis
·         Tenaga / energi berasal dari proses pernafasan
b.      Morfologis, yaitu transformasi dari bentuk embrio menjadi seedling (semai) yang sempurna. Proses perkecambahan morfologi:
·         Merupakan suatu tahapan segera setelah terjadinya proses pengangkutan makanan dan pernafasan
·         Diawali oleh pembelahan dan perpanjangan sel
·         Dilanjutkan dengan embryonic axis yang makroskopik yanitu keluarnya redicle atau plumulae dari kulit biji.
c.       Biokimia, yaitu diferensiasi sekuensial (satu persatu) pada proses-proses oksidasi dan sintesis.


Faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan dalam penyerapan air:
a.       Permeabilitas kulit/membran biji.
b.      Konsentrasi air. Karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka konsentrasi larutan di luar biji harus tidak lebih pekat dari dalam biji.
c.       Suhu air. Suhu air tinggi : energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi.
d.      Tekanan hidrostatik. Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun.
e.       Luas permukaan biji yang kontak dengan air. Berhubungan dengan kedalaman penanaman biji berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air.
f.       Daya intermolekul merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
g.      Spesies dan varietas. Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji.
h.      Tingkat kemasakan. Berhubungan dengan kandungan air dalam biji : biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat.
i.        Komposisi kimia. Biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air : protein>karbohidrat>lemak.
j.        Umur. Berhubungan dengan lama penyimpanan : makin lama disimpan, makin sulit menyerap air.

2.      Teori mengenai Media Tanam
Dalam media tanam / tumbuh, tanah memiliki peran yang penting di bidang pertanian maupun perkebunan. Sifat fisik tanah dan terkandung dalam tanah yang menyebabkan tanah sering dipakai sebagai media tanam:
a.       Profil tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari penampung vertikalnya dapat dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau biasa disebut profil tanah. Di tanah hutan yang dusah matang terdapat tiga horison penting yaitu horison A, B dan C.
·         Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
·         Horison B disebutkan juga dengan zona penumpukan ( illuvation zone ). Horizon ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horizon A.
·         Horizon C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk.

b.      Warna tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organik rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Didaerah yang mempunyai sistem darinase (serapan air) buruk, warna tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk Fe 2+.

c.       Tekstur tanah
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
·         Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm
·         Debu, berukuran 2-50 mikron
·         Liat, berukuran dibawah 2 mikron
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Sedangkan, kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.

3.      Hubungan Media Tanam terhadap Kecepatan Perkecambahan
Hubungan antara media tanam dengan kecepatan perkecambahan adalah:
·         Daya intermolekul, merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji yang berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
Hal ini menyebabkan biji Kacng Hijau akan sulit untuk berkecambah. Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban.
B.     Kajian dan Hasil Penelitian
Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air akan mudah diresap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Sehingga, perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila, media tanam tersebut bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian, kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur dan daya intermolekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan, tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut. Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan juga memperhambat pertumbuhan. Tapi, kebanyakan unsur-unsurnya dapat membantu biji dalam perkecambahan.
C.    Rumusan Hipotesis
 “Berbagai media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau.”.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Variabel
  1. Variabel bebas:
Media tanam untuk perkecambahan biji Kacang Hijau.
  1. Variabel kontrol:
Jenis biji Kacang Hijau, air untuk penyiraman, volume air, tempat untuk media tanam beserta kecambah.
  1. Variabel terikat / respon:
Kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau.

B.     Rancangan Penelitian
  • Perlakuan 1     : disimpan di media tanah
  • Perlakuan 2     : disimpan di media kapas
C.    Sasaran Penelitian
Menemukan media tanam yang cepat mempengaruhi perkecambahan biji kacang hijau,dengan target kurang dari 7 hari.
D.    Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen, yaitu:
1.      12 biji Kacang Hijau
2.      Air 50 ml
3.      Tanah secukupnya
4.      Kapas secukupnya
5.      2 buah gelas aqua berukuran sama
6.      Stopwatch/jam
7.      Pensil, penggaris

E.     Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh media tanam untuk biji Kacang Hijau terhadap kecepatan perkecambahan.
1.      Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Masukkan tanah ke gelas aqua 1 dan kapas ke gelas aqua 2, volume dari keduanya harus berjumlah sama, lebih kurang ¼ bagian.
3.      Tanam 6 biji Kacang Hijau ke dalam setiap gelas aqua yang berisi tanah dan kapas.
4.      Amati perkecambahan biji dengan interval 24 jam atau sehari sekali.
5.      Catat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
F.     Rencana Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis data yang dapat dilakukan adalah:
1.      Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau pada tiap perlakuan.
2.      Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain.

G.    Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian mengenai pengaruh berbagai media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau, adalah sebagai berikut.
Hari ke 1-2    : mencari alat dan bahan yang dibutuhkan
Hari ke 3       : mempersiapkan alat dan bahan
Hari ke 4-10  : melakukan penelitian
Hari ke 11-12: analisis data
Hari ke 13-16: membuat laporan


BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Sedangkan, kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
Dalam penelitian ini, biji dengan media kapas lebih cepat daripada dengan media tanah. Berikut ini adalah hasil pengukuran pertumbuhan biji selama jangka waktu 5 hari.
Dalam cm
Rabu
kamis
Jum’at
sabtu
minggu
kapas
tanah
kapas
tanah
kapas
Tanah
kapas
tanah
kapas
tanah
Biji 1
Biji 2
Biji 3
Biji 4
Biji 5
Biji 6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,5
0,3
0,2
0,2
-
-
0,2
0,1
0,1
-
-
-
1,5
1,3
0,9
0,9
0,7
0,5
0,7
0,5
0,4
0,3
0,3
0,1
3,2
2,4
1,8
1,7
1,3
1,2
1,8
1,5
0,7
0,6
0,5
0,3
12,4
11,1
8,6
7,9
6,9
4,3
8,3
8,0
4,4
1,6
1,2
1,0
B.     Pembahasan
Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji Kacang Hijau lebih cepat di media kapas. Alasannya:
·       Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah kecil. Sehingga molekul-molekulnya yang rapat dapat membuat air sulit diserap oleh biji. Sedangkan di kapas, moleku-molekulnya renggang sehingga biji dapat menyerap dengan mudah.
·       Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, media ini memeliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban.
Jadi, setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam pasti memiliki daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Jadi, kesimpulannya adalah media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau. Mulai dari daya intermolekul, tekstur media tersebut dan lain-lain. Apabila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air. Sedangkan, apabila daya intermolekul besar maka sebaliknya. Sedangkan, dilihat dari tekstur, apabila media tanam memiliki tektur pasir atau kasar, maka akar akan sulit mendapatkan air dikarenakan tekstur pasir mudah kengalami kekeringan. Sedangkan, tekstur serat atau halus membuat akar mudah mendapatkan air karena kelembaban akan terjadi dalam jangka waktu lama.
B.     Saran
Saran terhadap penelitian ini adalah:
·         Lebih baik dilakukan penelitian lebih detail mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam media tanam.
·         Perlu dilakukan penelitian kembali untuk mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan kacang Hijau.



semoga makalah bisa jadi bahan referensi buat Anda.
terimanakasih atas kunjungan Anda.

Pages

Daftar Blog Saya